Hello, everyone!
Renovasi rumah sedang dalam pengerjaan, dan ternyata butuh biaya yang sangaaaaat banyak (baca kisah awal kami beli rumah subsidi disini). Jadi tahu, bahwa ternyata kualitas rumah kami ternyata di bawah standar, nggak secantik penampilan bangunannya. Cukup banyak lah kurangnya, mulai dari pembesian, kuda-kuda pemasangan baja ringan yang “ajaib”, pipa air yang gampang meleyot, dkk (detailnya nggak bisa diceritakan disini euy). Suamiku yang tahu langsung kuciwa, “kok gini sih bikinnya, mereka ini apa nggak ikut standar minimal rumah yang dikasih pemerintah?” yaelah mas, harap maklum, kita masih ada di bumi Indonesia, hehehe..
Kata Pakde Rahmat (mandor yang membantu kami merenovasi rumah), memang hampir semua rumah subsidi kaya begitu. Karena biaya tukangnya murah, mereka lebih mementingkan kuantitas dan seringkali mengabaikan kualitas. Jangankan rumah subsidi, rumah non-subsidi juga banyak juga yang seperti itu. Idealnya, yang paling enak adalah bangun rumah dari tanah kosong, karena tahu persis seperti apa bahan-bahan yang dipakai. Dan sampai sekarang kami puas dengan jasa Pakde. Disamping selalu prefer ke bahan-bahan yang bagus, Pakde juga sering memberi ide-ide yang menarik untuk diaplikasikan.
Bagi Anda yang masih dalam niat membeli rumah subsidi atau sudah otw akad, setidaknya bisa belajar dari pengalaman kami. Berikut beberapa tips trik membeli rumah subsidi:
Beli rumah saat masih jadi tanah kosong
Yes, ini mutlak dilakukan. Kalau memang niatnya beli rumah subsidi, lebih baik buat saat masih berbentuk tanah. Tujuannya simpel, yaitu agar kita bisa mengawasi pembangunannya.
Pantau pembangunan secara berkala
Pantau pembangunan rumah secara berkala, misalnya 2-3 kali seminggu. Disarankan ngasih makanan/jajan/minuman berenergi ketika datang. Ya, sebenarnya ini macem kayak “kula nuwun”-nya, perkenalan agar tahu bahwa kita si pemilik rumah, sekaligus jurus rayuan maut agar si tukang mengerjakan rumah dengan baik.
Siapkan uang untuk upgrade rumah
Developer kami agak enggan waktu kami tawari untuk nambah biaya renovasi, terutama hal-hal yang krusial. Alasannya karena takut kami minta pertanggungjawaban balik biaya renovasi kalo ternyata akad kredit gagal. Kalau misalnya kitanya yakin akad pasti diterima (biasanya PNS/karyawan dengan ketentuan yang disyaratkan), nggak usah ragu untuk tambah bahan. Tentu dengan gambling ya, dan siap-siap mengikhlaskan dana renovasi kalo ternyata akad ditolak. Renovasi yang dimaksud disini adalah peningkatan kualitas bahan ya, bukan ngubah bentuk bangunan.
Ada juga cara lain yang dilakukan teman kami. Dia langsung bawa besi, semen dkk yang dibutuhkan dan bilang langsung ke tukangnya untuk upgrade bahan, sekaligus nambah jasa. Sayang sekali dulu kami terlalu innocent tentang bangunan, jadi nggak kepikir melakukan hal-hal kayak gini. Gapapalah ya, yang penting sudah belajar.
Bawa teman yang paham bangunan
Boleh lah sekali dua kali membawa teman yang paham bangunan untuk ke rumah. Fungsinya, agar kita tahu apa kelemahan bangunan kita dan gimana mensiasatinya, mumpung dalam tahap pembangunan.
Terakhir: Manfaatkan garansi 3 bulan setelah akad
Setiap konsumen rumah subsidi akan punya garansi perbaikan dari developer yang batasnya maksimal 3 bulan setelah akad (lihat detail apa aja hak-hak kita disini). Jadi gunakan batas ini sebaik-baiknya, misalnya ngecekin elektrikal (lampu mana yang nggak nyala), kebocoran saat hujan, rembes, dll. Percayalah, ini cukup membantu daripada manggil tukang sendiri yang biayanya nggak bisa kita prediksi.
Dengan membaca artikel ini, kami berharap teman-teman lebih concern ke pembangunan rumah subsidi dan nggak banyak kecolongan. Ini terjadi karena banyak rumah yang nggak beres kualitas pembangunannya, yang bahkan lebih parah daripada rumah kami (setidaknya itu yang kami lihat saat survey banyak rumah subsidi).