Kemarin sore hujan rintik. Udah jam lima, kami masih di kampus. “Kamu aja yang jemput Gigi ya, soalnya tugasku belum selesai.. Tika biar sama aku aja disini,” kata suami. Habis submit tugas, aku beranjak sholat ashar, terus otw berangkat ke rumah P’ (baca: phii, artinya “kakak”) Badriah sendirian. Di luar tiba-tiba hujan.
“Wah hujan.. Nanti dulu deh, nunggu reda..” Kataku sambil mainan hape, mengabari P’ kalau aku jemput gigi agak terlambat soalnya nunggu hujan reda. Gigi anakku yang kecil ini memang sehari-harinya kutitipkan P’ Badriah.
Ok, udah tinggal gerimis kecil. Langsung gas motor, berangkat lewat jalan Luang Phaeng. Rame banget jalannya karena pulang kantor, ada beberapa titik genangan air juga. Akhirnya aku jalan pelan-pelan biar nggak kecipratan. Sampai di pertengahan jalan, hujan turun lagi.
“Hujan lagi, nepi dulu kali ya..” Kali ini baju udah separo basah. Ah nggak papa, bentar lagi nyampe. Ada Sevel di pojok jalan, ku mampir kesitu aja, karena dekat situ nggak ada lagi rumah penduduk buat iyup-iyupan.
10 menit berlalu, hujannya tinggal gerimis. Alhamdulillah yuk gas.. Di tengah perjalanan hampir dekat rumah P’, ada biawak lagi nyebrang. Di dekat situ memang sering ada biawak beberapa kali lewat. Kok ya bodo, bukannya berhenti sampai doi selesai nyebrang, malah terus aku gas di dekat ekornya.
Biawaknya langsung nengok. Baaa.. Karena kaget, motorku tiba-tiba kurem mendadak, bruuuukkkk..
Motor jatuh ke kanan, dan aku ketibanan. Untunglah jalan lagi sepi. Nggak nunggu berapa lama, aku sudah dikerubungi 6 orang yang ngomong bahasa Thai.
Suasana agak chaos, kaki dan tangan berdarah. Ada orang yang berbaik hati memarkir motor. Sambil buka line, aku minta tolong orang untuk menghubungi P’ Badriah, karena kupikir jarak ke rumah P’ nggak terlalu jauh.
Singkat cerita, P’ langsung sampai ke lokasi kejadian. Aku langsung dibawa via ambulans karena nggak bisa berdiri. Mereka takut kakiku kenapa-kenapa.
“Do you have insurance? Do you know your insurance number?” Kata P’. Alhamdulillah aku ingat ada asuransi dari kampus. Cuma aku nggak inget dimana foto kartunya. Nggak tahu otak saat itu kayak ngehang gitu. Jadi kuminta tolong agar suamiku aja yang cari dan juga tanya ke HR tentang detil teknisnya.
Nggak lama, suami dikabari dari HR, katanya asuransi kampus pakai sistem reimburse. Ini artinya aku pakai duit sendiri dulu. Kepalaku langsung cenut-cenut, mana seminggu lagi mau pulang kampung 🙈
Ambulans langsung membawaku pakai sirene ke Chularat hospital, seberang rumah sakit Ladkrabang. Ini pertama kalinya aku naik ambulans. Rasanya kayak gimana ya, nggak bisa dijelasin. Tapi beneran ngebut, sampe pas ngerem mendadak, badan udah hampir nabrak pintu karena nggak ada tempat pegangan. Sampai di UGD, luka-lukaku dibersihkan, lalu diantarkan untuk rontgen di kaki dan tangan.
Proses di rumah sakit alhamdulillah dibantu P’ (makasih banyak P’ Badriah). Nggak kebayang kalo posisi sakit harus berbahasa tarzan sama perawat-perawatnya.
P’ menanyakan surat-surat motor ke suamiku. “I think I need your motorcycle documents. It may help to reduce your cost for hospital. We’ll see the documents work or not.” Oh, mungkin maksudnya dokumen motornya dipakai biar gampang klaim kecelakaan ke asuransi kampus kali ya??
Atau buat apa? Kalau klaim kecelakaan begini apa minta surat dari polisi dulu ya, semacam jasa raharja? Aku mengingat-ingat. Karena banyak hal yang membuat Thailand dan Indonesia mirip, mungkin disini mirip juga.
Foto dokumen langsung dikirim suami. Olala, ternyata saat pembelian motor, salah satu suratnya adalah asuransi jiwa untuk kecelakaan. Agak aneh juga ya, lha soalnya nama yang tercover asuransi juga bukan namaku, hmmm…
Saat konsultasi dokter, aku diberi tahu bahwa hasil rontgennya bagus. Nggak ada tulang yang patah, cuma memar aja. Alhamdulillah ya Allah.
Tidak lama, perawat datang untuk membantuku menandatangani surat-surat. Dia ngomong ke P’ dalam bahasa Thai, yang aku tak tahu artinya apa. “Hesti, your hospital cost is free because it covered by the motorcycle insurance,” kata P’. Alhamdulillah bangeeet ya Allah diberi kemudahan, semoga di kesempatan lain aku lebih hati-hati lagi.
Kata suamiku habis diceritain “kalo ada biawak itu ditungguin sampe dia selesai lewat, jangan digas woy..” Yaaaa baiklah.. wkwkwk
P.S.
*Sambil menandatangani berkas, kuintip biaya pengobatan habis 3.500 thb (setara 1.5juta)
*Dari P’ aku dikasih tahu kalau ambulans yang antar aku itu gratis karena bantuan dari Buddhist. Terima kasih banyak karena dikelilingi orang Thai yang baik-baik
*jangan lupa selalu standby di hape: paspor, kartu asuransi (jika ada), kontak asuransi (jika ada), dokumen motor lengkap