Horee.. Alhamdulillah wa syukurillah akhirnya selesai juga rumah kami. Setelah drama uang habis dan makan bener-bener ngirit. Sampai sekarang juga belum 100% kelar, tapi minimal pembangunan struktur sudah selesai. Yang belum adalah printilan (pagar, teralis jendela, teralis pintu atas) yang kalo diitung bisa habis 5 jutaan. Nanti dulu deh, sambil jalan, hehehe.
Let’s take a snap to our mini-house:
1. Bagian depan
Bagian depan ini dibuat dengan biaya jasa 4,5 juta, sudah termasuk pemasangan kanopi, plester depan, dinding pembatas kanan-kiri, dinding pagar, pemasangan keramik teras (pasang ulang), dan pemasangan pipa. Kanopi yang kami pilih memakai baja ringan dan spandek karena biaya yang paling murah dibandingkan kanopi model lain. Pinginnya pakai polycarbonate (sama dengan kanopi di bagian jemuran atas), tetapi harganya 2,5 kali lipat lebih mahal dibandingkan spandek yang kami pakai (harga spandek pasir 60.000/m, solartuff/polycarbonate 150.000/m).
Btw, kami coba pakai atap spandek pasir, bukan spandek biasa. Ini karena ada rekomendasi bahwa spandek pasir lebih bisa meredam suara saat hujan.
Sayangnya, Pakde Rahmat (mandor kami, red.) mengira kami masih mengikuti filsafah orang Jawa, jadilah tiang pagar agak disampingin biar nggak sejalur sama pintu masuk. Pamali katanya. Akibatnya, garasi yang tadi lebarnya hanya 3 meter, jadi lebih sempit lagi. Kalo ada mobil, terpaksanya nggak bisa ditaruh bareng ama motor.
2. Bagian belakang
One of my favorite place, karena cukup puas dengan hasilnya. Akhirnya kami berhasil menciptakan space yang hanya 2×6 meter menjadi dapur dan kamar mandi, lengkap dengan tangga.
Tangga yang dibikin ini cukup tricky, karena sulit sekali bikin tangga hanya dengan space 3 meter dan tinggi dak 4 meter. Akhirnya, tangga ditaruh diatas kamar mandi (dengan mengorbankan atap kamar mandi yang jadi lebih sempit karena ikut tinggi bordes). Kamar mandi dibuat dengan space 2 x 1.2 meter, cukup mini. Karena mau tak mau harus merombak kamar mandi, jadilah kami mendesain kamar mandi jadi lebih minimalis, dengan hanya shower dan kloset di dalamnya. Legaaaa..
Hebatnya Pakde Rahmat beliau bisa ngasih ide untuk memberi cor di atas kamar mandi, sehingga bisa dipakai untuk tempat santai atau tempat mesin cuci. Dua ruang kecil bawah tangga juga bisa digunakan untuk penyimpanan barang.
Kembali lagi, karena dana yang super terbatas, tangga baru sekedar diplester aja. Mudah-mudahan nanti ada rejeki lagi untuk kasih keramik dan railing tangganya.
3. Atap kanopi
Rencananya lantai atas dibuat untuk tempat jemuran. Jadilah akhirnya kami menggunakan kanopi memakai solarflat. Alasannya, biar cahaya matahari cukup masuk ke bagian bawah rumah, tapi nggak kepanasan. Sayang sekali, pemasangan kanopinya agak kurang rapi. Entah karena tukangnya nggak ngerti cara masang kanopi model begini, dipasangnya kurang rapat dan kuda-kuda dibawahnya kayaknya salah (jadi ngerti karena belajar dari youtube). Akibatnya, di kanopi ini kalo hujan deres masih bocor di 4 titik. Dan lagi, ada genangan air yang ada di atas atap tiap hujan reda.
Yang ini belum ketemu solusi pasnya, hanya suami berusaha menghilangkan genangan dengan cara menambah reng di sela-sela reng yang sudah ada. Pakde Rahmat sendiri menyarankan untuk mengganti jadi spandek saja (atau spandek transparan), tapi kami masih belum sreg. Udah beli dengan biaya lumayan T_T. Mudah-mudahan ke depan ada solusinya, sabar dulu ya..
4. Dapur
Untuk dapur saya nggak upload fotonya karena masih berantakan. But, what can you expect from dapur berukuran 2.5 meter? Intinya hanya meja panjang aja. Untuk dapur saya pakai meja cor granit.
Sementara itu dulu ya. Happy work from home!
Halo sis saya boleh liat denah rumahnya ngga nich kl ada hehehe