Interface rumah sampai setahun setelah ditempati masih belum ada perubahan. Mau dikasih pagar, bingung pagarnya model apa, mau dikasih kursi teras takut hilang kalo nggak punya pagar. Mbulet ae nggak mulai-mulai hehehe. Sampai akhirnya suami ngasih ide sedikit pemanis di depan rumah, yaitu dikasih taman.
Dengan ukuran taman di depan rumah yang cuma 1.5 x 3 meter, awalnya kami cuma berminat ditanam rumput semuanya aja, biar praktis. Tetapi setelah ngobrol-ngobrol dengan tukang taman, akhirnya kami berubah pikiran. “Kalo cuma rumput aja nanti jatuhnya biasa aja bu. Ini saya udah bawa rumputnya, tinggal nanti kalo kurang saya ambilin lagi.” “Saya gambarin dulu aja ya bu, biar ibu bisa lihat kira-kira nanti bedanya kayak gimana,” ujar si tukang taman.
Sret-sret-sret, si tukang taman itu kemudian langsung berimajinasi dengan notes dan pulpen yang dibawanya. Rada ribet memang, karena salah satu bagian taman ada cor yang dipake untuk pompa siebel kami. Setelah diskusi ringan, akhirnya sepakatlah kami untuk menambahkan sejumlah tanaman iris (entahlah sebenarnya apa nama ilmiahnya) dan brokoli kuning di pinggir-pinggir taman.
Di bagian pojok, kami kosongin spacenya karena rencana mau nanam pandan, cabai, dan tanaman bumbu dapur lainnya.
Keseluruhan biaya taman ini adalah 520 ribu rupiah. Duh, mahal juga ya, padahal ukurannya cuma secuplik doang, gimana kalo punya taman gede. Tadinya malah ditawarin nambah pohon-pohon gede untuk tanaman hias, yang sebuahnya bisa hampir sejutaan. Nanti dulu ya mas, kami testing dulu ini bisa bertahan apa nggak, wkwkwk.
Setelah dikasih tanaman, rumput wajib disiram setiap hari dan ditaburkan pupuk setelah seminggu penanaman. Moga-moga nggak kerepotan ya nyirami setiap hari, secara kami adalah keluarga pemalas, hahaha.